BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar nabi
Muhammad SAW, kemukjizatannya terkandung pada aspek bahasa dan isinya. Di aspek
bahasa Al-Qur’an mempunyai tingkat fashafah dan balaghah yang tinggi. Sedangkan
dari aspek isi pesan dan kandungan maknanya melampaui batas-batas kemampuan
manusia. Ketika Al-qur’an muncul banyak di dalamnya terkandung hal-hal yang
tidak bisa ditangkap oleh orang-orang pada zamannya, akan tetapi kebenarannya
baru bisa dibuktikan pada zaman modern sekarang ini.
Banyak dari ulama-ulama kemudian mulai menyusun
ilmu nahwu, shorof, dan Balaghah untuk mengetahui sastra Al-Qur’an. Ilmu
balaghah kemudian disusun oleh pakar bahasa dengan dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu bayan, ma’ani dan badi’.
BAB II
PENGERTIAN ILMU BALAGHAH, MA'ANI, BAYAN DAN
BADI'
A.
Pengertian
Balaghah
Secara
etimologi (bahasa), balaghah ialah sampai atau mencapai. Balaghah secara terminologi
dikatakan bahwa balaghah menjadi sifat bagi kalimat dan pembicara atau orang
yang berkata.
Balaghah ialah
menyampaikan makna yang agung secara jelas dengan menggunakan kata-kata yang
benar dan fasih, yang memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik, serta sesuai
setiap kalimatnya kepada kondisi atau situasi sekaligus orang-orang yang diajak
bicara.
Kalimat yang baligh
Kalimat baligh adalah kalimat yang sesuai
dengan kondisi khitab dan lafadz-lafadznya telah fasik, baik kata-kata ataupun
kalimat-kalimatnya.
Balaghah
pembicara adalah kemampuan yang ada dihati, dengan kemampuan itu dapat disusun
kalimat yang baligh yang sesuai dengan kontekstual. Bersama itu kalimat
tersebut telah fasik dalam segala makna yang dituju.
Yang dimaksud
dengan kemampuan yang ada dihati adalah bakat, suatu sifat yang tertanam dihati
manusia. Oleh karenannya, seorang yang “baligh” (petah lidahnya) haruslah
berpikir mengenai makna yang ada dihatinya terlebih dahulu sebelum mengucapkan
perkataan.
Bagi peminat
ilmu baligh wajib mengetahui ilmu bahasa, ilmu sharaf, ilmu tata bahasa
(nahwu), ilmu ma'ani, ilmu bayan dan ilmu badi'. Sebagai peminat ilmu balaghah
sebaiknya mengetahui tentang uslub (gaya bahasa) yang merupakan makna yang
dibentuk dalam lafadz untuk mencapai makna yang dimaksudkan. Gaya bahasa ada 3
macam, yaitu :
a.
Gaya bahasa ilmiah. Keistimewaan metode ini
yang paling menonjol adalah memberikan kejelasan dan mesti menampakkan kesan
yang kuat dan indah.
b.
Gaya bahasa sastra. Pada gaya bahasa ini,
keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya yang paling menonjol. Gaya bahasa ini
menampilkan khayalan indah, gambaran halus dan menyentuh. Aspek puisi dan prosa
merupakan sasaran metode ini.
c.
Gaya bahasa pidato. Pada metode ini, terdapat
posisi yang agung mengenai kesan dan sasarannya kelubuk hati. Diantara hal yang
bisa menambah kesan ialah kedudukan si khatib sendiri di hati para
pendengarnya, kekuatan sifat yang dimilikinya, argumentasinya, ketinggian
suaranya, kebaikan cara menyampaikannya dan kekukuhan isyarat-isyaratnya.
B.
Pengertian Ilmu
Ma'ani
Ilmu Ma'ani
adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tata cara menyesuaikan
kalimat kepada kontekstualnya (muqtadhal halnya) sehingga cocok dengan tujuan
yang dikehendaki.
Perkataan
Al-Ma'ani adalah bentuk jamak dari kata makna. Secara terminology adalah hal
yang dituju. Menurut pengertian terminology ulama ilmu Bayan ialah menyatakan
apa yang tergambar di hati dengan suatu ucapan atau lafazd, atau tujuan yang
dimaksudkan oleh lafadz tergambar di dalam hati.
Faedah ilmu Ma'ani
a.
Mengetahui kemukjizatan al-Qur'an melalui aspek
kebaikan susunan dan sifatnya, keindahan kalimat, kehalusan bentuk ijaz yang
telah diistemawakan oleh Allah dan segala hal yang telah dikandung oleh
al-Qur'an itu sendiri.
b.
Mengetahui rahasia balaghah dan fushahah dalam
bahasa Arab yang berupa prosa dan puisi agar dapat mengikutinya dan menyusun
sesuai dengan aturannya serta membedakan antara kalimat yang bagus dengan yang
bernilai rendah.
C.
Pengertian
Al-Bayan
Al-Bayan
menurut pengertian bahasa adalah Al-Kasyafu yang berarti membuka atau
menyatakan. Bisa juga disebut Al-Lidhaah Artinya menerangkan atau menjelaskan.
Menurut istilah ulama Balaghah (Al-Balagha')
adalah :
“Dasar-dasar
dan kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyampaikan satu makna dengan beberapa
cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain dalam menjelaskan segi
penunjukan terhadap keadaan makna tersebut.”
Jadi, ilmu
Bayan adalah ilmu pengetahuan yang dijadikan pedoman untuk menyatakan satu
makna dengan beberapa bentuk yang berbeda dan susunan yang berlainan derajat
kejelasannya.
Perlu diketahui
bahwasannya yang dianggap dalam ilmu Bayan adalah kehalusan makna-makna yang
terdiri dari isti'arah dan kinayah beserta jelasnya lafadz-lafadz yang
menunjukkannya.
Dari itu dapat
disimpulkan bahwa Al-Bayan adalah lafadz atau ucapan yang fasih yang
menjelaskan maksud yang ada dalam hati nurani.
Faedah Ilmu Bayan
Faedah ilmu ini
adalah dapat melihat atau mengetahui rahasia-rahasia kalimat Arab, baik prosa
maupun puisinya, dan juga mengetahui perbedaan macam-macam kefasikan dan
perbedaan tingkatan sastra, yang dengannya ia dapat mengetahui tingkat
kemukjizatan al-Qur'an dimana manusia dan jin kebingungan untuk menirunya dan
tidak mampu menyusun semisalnya.
D. Pengertian Ilmu
Badi'
Menurut
leksikal: suatu ciptaan baru yang tidak ada contoh sebelumnya, Al-Badi' (البديع)
menurut pengertian etimologi ialah sesuatu yang diciptakan tanpa dengan contoh
yang mendahului. Menurut pengertian terminology ialah :
“Suatu ilmu
yang dengannya diketahui segi-segi dan keistimewaan-keistimewaan yang dapat
membuat kalimat semakin indah, bagus dan menguasinya dengan kebaikan dan
keindahan setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi serta jelas
makna yang dikehendaki.”
Segi-segi yang dimaksud adalah cara-cara yang
ditetapkan untuk mengiasai kalimat dan memperindahnya, dengan ilmu Ma'ani dan
ilmu Bayan menurut materinya dan dengan ilmu Badi' menurut sifatnya.
Objek kajian ilmu badi’ adalah upaya
memperindah bahasa baik pada tataran lafal (muhassinaat lafdziyyah) maupun
makna (muhassinaat ma’nawiyyah)
Kalau ma’aani dan bayan membahas materi dan isinya, maka badi’ membahas dari aspek sifatnya.
Kalau ma’aani dan bayan membahas materi dan isinya, maka badi’ membahas dari aspek sifatnya.
Memperindah kalimat ada 2 :
1.
Memperindah kalimat secara maknawiyah (muhassinat ma'nawiyah) ialah tata cara
memperindah yang kembali kepada segi makna sejak semula dan sesuai dengan
keadaannya, walaupun lafadz menjadi indah karena mengikutinya.
2.
Memperindah kalimat secara lafdziyah (muhassinat lafdziah) ialah tata cara
memperindah kalimat yang hanya kepada segi lafadz saja, sejak semula, meskipun
segi makna menjadi indah karena mengikutinya.